1. Pengertian
Istighatsah
Istighatsah artinya meminta pertolongan kepada Allah untuk
mencapai kemenangan dalam menghadapi musuh. Pada saat ini seringkali
istighatsah dijadikan ikhtiar bathiniah memohon kepada Allah dalam rangka
terkabulnya sebuah hajat atau keinginan. Istighatsah bisa dijadikan media untuk
terhindar dari kegagalan, kekalahan, ketidaksuksesan dll karena merupakan musuh
yang harus dikalahkan dan tentunya atas ridla dan dikabulkan oleh Allah.
Sayyidina Umar bin Khattab ra. meriwayatkan, pada saat perang badar, perang
yang pertama kali dilakukan oleh kaum muslimin melawan orang-orang kafir. Nabi
melihat jumlah sahabat saat itu 313 orang, sementara jumlah orang-orang kafir
adalah 1000 orang lebih. Maka beliau menghadap kiblat dengan memakai surban di
pundaknya seraya berdoa : “Ya Allah tepatilah janji-Mu kepadaku ! Ya Allah
apabila sekelompok golongan Islam ini hancur, maka tidak akan ada lagi yang
akan menyembah kepada-Mu selamanya”.
Melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah tersebut maka para
sahabat yang ada dibelakangnya mengamini doanya. Nabi melanjutkan istighatsah
dan berdoa seperti itu berulang kali, sehingga surban yang diletakkan di
pundaknya jatuh. Dan oleh Abu Bakar r.a., surban tersebut diambil dan
diletakkan kembali ke pundak Rasulullah, seraya berkata : Ya Nabiyallah
cukuplah doa-doamu kepada Tuhanmu. Dia pasti akan menepati janji-Nya kepadamu”.
Setelah Nabi Istighatsah dan berdoa kepada Allah dalam waktu
yang sangat kritis ini, Allah menurunkan malaikat jibril untuk memberitahukan
Rasulullah bahwa Allah akan mengirimkan bala bantuan pasukan Ghaib untuk
membantu perjuangan kaum muslimin dalam perang badar yaitu malaikat yang
jumlahnya seribu berturut-turut. Inilah berkah istighatsah pada masa perang.
2. Dalil-dalil
Istighatsah
Pada saat malaikat Jibril turun setelah rasulullah
beristighatsah dan berdoa, ia memberitahukan kepada Rasulullah tentang bala
bantuan malaikat tersebut dalam sebuah firman Allah di surat Al Anfal : 9
إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ ٩
“Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu : "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala
bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut".
Ayat tersebut dijadikan dalil
istighatsah yang diterapkan saat ini oleh para ulama`, dan juga dilengkapi
dengan ayat-ayat lain yang berhubungan dengan bantuan Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah :
ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ
لَكُمۡۚ
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu (Q.S. Al Mu`min: 60)
Ayat tersebut menyatakan bahwa doa yang dipanjatkan pasti akan
terkabul
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا لَقِيتُمۡ فِئَةٗ فَٱثۡبُتُواْ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ
كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٤٥
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan
(musuh), Maka berteguhhatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya
agar kamu beruntung. (Q.S. Al
Anfal :45)
Ayat di atas adalah seruan bagi orang yang beriman untuk
memperbanyak zikir dan berdoa pada saat menghadapi permasalahan untuk
mendapatkan jalan keluar yang baik.
Untuk mendekatkan diri kepada Allah,
di dalam istighatsah sebaiknya dibaca ayat-ayat Al Quran, istighfar, shalawat,
tahmid dan sebagainya. Bacaan-bacaan tersebut dijadikan media dzikir dan
wasilah untuk memohon kepada Allah. Dan
setelah Istighatsah selesai dibaca maka ditutup dengan doa khususnya untuk
hajat yang kita inginkan bisa terkabul.
3. Bacaan Istighatsah
Berikut ini adalah bacaan yang sudah sering diamalkan di
masyarakat untuk istighatsah dalam rangka mencapai kesuksesan atau keadaan
genting mendesak dan membutuhkan jalan yang terbaik. Bacaan-bacaan ini
dijadikan sebagai wasilah untuk memohon
pertolongan kepada Allah. Oleh karena itu, sebagaian ulama menyebutkan bahwa
Istighatsah tidak jauh beda dengan Tawassul.
Menurut K.H. Sholeh Qosim Sepanjang (Kyai Khash Nahdlatul
Ulama), bacaan istighatsah ini adalah amalan K.H. Romli Tamim Peterongan
Jombang yang pernah diamalkan berjamaah oleh warga Nahdliyyin, para ulama
besar, dan kyai-kyai Nahdlatul Ulama di gelora Tambak Sari Surabaya tahun 1996. Setelah itu,
Bacaan istighatsah ini menyebar di
masyarakat seantero nusantara.
§
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَـمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالمَيْنَ اَلرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ
§
أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ
§
لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
§
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَليَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَليَ أَلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
§
يَا أَللهُ يَا قَدِيْمُ
§
يَا سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ
§
يَا مُبْدِئُ يَا خَالِقُ
§
يَا حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَا وَكِيْلُ يَا أَللهُ
§
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
§
يَا لَطِيْفُ
§
أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
§
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَليَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ
حِيْلَتِىْ أَدْرِكْنِى يَارَسُوْلَ اللهِ
§
اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا
عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ اْلعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ
اْلكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ اْلحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ
الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى اْلغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىَ أَلِهِ وَ
صَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِكُلِّ مَعْلُوْمٍ لَّكَ
§
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَليَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْنَا
بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلأَهْوَالِ وَ اْلآفَاتِ وَ تَقْضِى لَنَا بِهَا جَمِيْعَ
الْحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَ تَرْفَعُنَا
بِهَا عِنْدَكَ أَعْلىَ الدَّرَجَاتِ وَ تُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى اْلغَايَاتِ
مِنْ جَمِيْعِ اْلخَيْرَاتِ فِي اْلحَيَاةِ وَ بَعْدَ اْلمَمَاتِ
§
يَا بَدِيْعُ
§
سورة يٰس
§
اَللهُ أَكْبَرُ يَارَبَّنَا وَ إِلَهَنَا وَ سَيِّدَنَا أَنْتَ
مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ اْلقَوْمِ اْلكَافِرِيْنَ
§
حَصَّنْتُكُمْ بِاْلحَيِّ اْلقَيُّوْمِ الَّذِى لاَ يَمُوْتُ أَبَدًا
وَ دَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوْءَ بِأَلْفِ أَلْفِ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ
بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
§
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَ هَدَانَا عَلىَ
دِيْنِ اْلإِسْلاَمِ
§
بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لاَيَسُوْقُ اْلخَيْرَ إِلاَّ اللهُ
بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لاَ يَصْرِفُ السُّوْءَ إِلاَّ اللهُ بِسْمِ اللهِ
مَاشَاءَ اللهُ مَاكَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ الله بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ
لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
§
سَأَلْتُكَ يَا غَفَّارُ عَفْوًا وَتَوْبَةً وَ
بِاْلقَهْرِ يَا قَهَّارُ خُذْ مَنْ تَحَيَّلاً
§
يَا جَبَّارُ يَا قَهَّارُ يَا ذَا اْلبَطْشِ الشَّدِيْدِ خُذْ
حَقَّنَا وَحَقَّ اْلمُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ ظَلَمَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَتَعَدَّى
عَلَيْنَا وَعَلىَ اْلمُسْلِمِيْنَ
§
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَـمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالمَيْنَ اَلرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ
§
التهليل (لَااِلٰهَ اِلاَّ اللهُ)
Demikianlah salah satu rangkaian bacaan
yang diamalkan sebagian umat islam di Indonesia khususnya
warga nahdliyyin. Selain itu masih
banyak bacaan-bacaan yang diamalkan oleh umat islam sebagai wasilah mohon pertolongan kepada Allah
Swt. atau memohon agar Allah Swt. mengabulkan
hajat, seperti wirid ratibul haddad, hizib, sholawat, manaqib
dsb. Definisi yang tepat istighotsah pada zaman sekarang adalah berdoa kepada
Allah agar mendapat pertolongan dariNya untuk terkabulnya hajat
melalui perantara atau wasilah.
Tentunya Wasilah yang digunakan untuk Istighotsah berdasarkan amaliyah yang pernah dilakukan para ulama salafussalih yang sudah banyak berijtihad dan tentunya mengikuti jejak Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Sehingga tetap sesuai dengan al Quran dan hadits. Semua bacaan sebagaimana dicontohkan di atas adalah wasilah, namun perlu diketahui bahwa wasilah istighotsah bukan hanya Qauliyah namun juga amaliyah seperti menghadap Kiblat dan memakai surban sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. saat beristighotsah.