Sunday 18 March 2018

WASILAH & TAWASSUL


1.      Pengertian Wasilah dan Tawassul
Wasilah menurut bahasa berarti segala hal yang dapat menyampaikan dan mendekatkan kepada sesuatu. Sedangakan Tawassul secara bahasa artinya perantara dan mendekatkan diri. Disebutkan dalam firman Allah SWT: 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ٣٥ 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, " (Al-Maidah:35).
Pengertian tawassul secara istilah adalah berdoa kepada Allah SWT melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah SWT. Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah SWT. Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa.

2.   Hukum Tawassul
Adapun yang menjadi perbedaan di kalangan ulama adalah bagaimana hukumnya bertawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap sholeh dan mempunyai martabat dan derajat tinggi di mata Allah SWT. Sebagaimana ketika seseorang mengatakan: “Ya Allah SWT aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad SAW atau Abu Bakar atau Umar dll”. Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini.
Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh. Pendapat ini berargumen dengan prilaku (atsar) sahabat Nabi SAW:
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ إِنَّ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ كَانَ إِذَا قَحَطُوْا اسْتَسْقَى بِالعَبَّاسِ بْنِ عَبْد المُطَلِّبِ فَقَالَ  اَللّٰهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إَلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتُسْقِيْنَا وَإِنَّا نَنَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَافَيَسْقُوْنَ. أخرجه الإمام البخارى فى صحيحه
“Dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Umar berkata: "Ya Allah, kami telah bertawassul dengan Nabi kami SAW dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman Nabi kita SAW, maka turunkanlah hujan..”. maka hujanpun turun (H.R. Bukhari)

Imam Syaukani mengatakan bahwa tawassul kepada Nabi Muhammad SAW  ataupun kepada yang lain (orang shaleh), baik pada masa hidupnya  maupun  setelah meninggal adalah merupakan ijma’ para sahabat. "Ketahuilah bahwa tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati atau yang hidup, tetapi berperantara kepada keshalihan seseorang, atau kedekatan derajatnya kepada Allah SWT, sesekali bukanlah manfaat dari manusia, tetapi dari Allah SWT yang telah memilih orang tersebut hingga ia menjadi hamba yang shalih, hidup atau mati tak membedakan atau membatasi kekuasaan Allah SWT, karena ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah SWT tetap abadi walau mereka telah wafat."
Memang dihadapan Allah, semua manusia mempunyai kedudukan yang sama, semasa hidup atau setelah meninggal dunia. Al Quran menegaskan bahwa orang yang shaleh atau para syuhada itu tetap hidup di sisi Tuhan walaupun jasad mereka telah terkubur di dalam tanah. sebagaimana firman Allah SWT. :
 وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ ٦٩

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (Q.S. Ali Imran : 169)

3.   Cara-Cara Tawassul
Banyak sekali cara untuk berdoa agar dikabulkan oleh Allah SWT, seperti :
1)  Berdoa di sepertiga malam terakhir,
2)  Berdoa dengan didahului bacaan  alhamdulillah  dan shalawat
3)  Berdoa dengan bacaan Al Fatihah
4)  Memohon kepada Allah dengan istighatsah
5)  Meminta doa kepada orang sholeh (Nabi SAW., Sahabat, Para Wali,  dan para Ulama)[1]
6)  Membaca shalawat untuk terkabulnya hajat
7)  Dll.
Tawassul adalah salah satu usaha agar doa yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah SWT . Dengan demikian, tawasul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan.
Para ulama sepakat memperbolehkan tawassul kepada Allah SWT dengan perantaraan amal sholeh, sebagaimana orang melaksanakan sholat, puasa dan membaca Al-Qur’an. Seperti hadis yang sangat populer diriwayatkan dalam hadits sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua, yang pertama bertawassul kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya; yang kedua bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjahui perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya; dan yang ketiga bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya  yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga.

4.     Membedakan Wasilah dan Syirik
Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah SWT menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintai-Nya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut. Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah SWT bisa memberi manfaat dan madlarat kepadanya. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlarat, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlarat sesungguhnya hanyalah Allah SWT semata. 
Jadi perlu dipahami bahwa sejatinya tawassul adalah berdoa kepada Allah SWT melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah SWT. Tawassul hanyalah merupakan pintu dan perantara dalam berdoa untuk menuju Allah SWT. Maka tawassul bukanlah termasuk syirik karena orang yang bertawasul meyakini bahwa hanya Allah-lah yang akan mengabulkan semua doa. Maka dari itu perbedaan antara tawassul dan syirik terletak pada proses penggunaan wasilah, benar-benar dijadikan perantara untuk memohon kepada Allah atau dijadikan sebagai Tuhan.


[1] Tawasul ini menjadi perdebatan di kalangan umat Islam, tetapi NU mengikuti pendapat para ulama yang membolehkan tawassul melalui orang shalih yang hidup ataupun sudah meninggal. Hal ini dikuatkan oleh: 1). Hadits tentang Rasulullah SAW. yang pernah mengajarkan doa kepada orang buta, اللهم إني اسالك واتوجه اليك بنبينا محمد نبي الرحمة, “Ya Allah Sungguh aku memohon dan menghadap kepada-Mu melalui (perantara) Nabi kita, Muhammad Sang Nabi kasih Sayang”. 2). Hadits tentang Bilal bin harits Al Muzani yang datang ke makam Rasulullah seraya berkata: يارسول الله إستسقى لامتك فانهم قد هلكوا “Wahai Rasulullah, mohonkan hujan (kepada Allah) untuk ummatmu ! sesungguhnya mereka benar-benar telah binasa.

TAHLIL, HADIAH PAHALA, & DOA UNTUK AHLI KUBUR

  1.     Pengertian Tahlil
Tahlil merupakan upacara ritual yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia Untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa ayat Al Qur’an, dzikir-dzikir, tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), Maka acara tersebut dikenal dengan istilah “Tahlilan”.
 Lafadl tahlil berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlil yang artinya bacaan kalimat Tauhid : Lā illaha illallah  (Tiada Tuhan selain  Allah).  Sedangkan secara istilah tahlil adalah rangkaian bacaan yang isinya ayat-ayat al Quran, shalawat nabi dan kalimah Thayyibah. Tahlil dilengkapi dengan doa yang bertujuan inti memohon kepada Allah agar memberi maghfirah kepada Ahli kubur.
Acara ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan mayit), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggarakan kembali pada hari ke 40 dan ke 100. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian si mayit, walaupun terkadang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Tidak lepas pula dalam acara tersebut penjamuan yang disajikan pada tiap kali acara diselenggarakan.

2.     Sejarah Tahlil
Tahlil merupakan hasil dari akulturasi hindu dan Budha. Sebagaimana diketahui bahwa agama hindu dan budha telah masuk ke Indonesia lebih awal dibandingkan agama Islam. Ketika Islam masuk ke tanah jawa, masyarakat sudah erat dengan ajaran hindu, budha, animisme dan dinamisme, termasuk acara-acara ritual keagamaan seperti selamatan, khususnya selamatan untuk orang yang meninggal. Selamatan tiga hari, tujuh hari, 40 hari, 100 hari, adalah adat yang diwarnai oleh budaya hindu budha animism dinanisme. Menghadapi permasalahan keyakinan kuat seperti itu maka walisongo khususnya Sunan Kalijogo sangat bijaksana. Selamatannya sendiri tidak diberantas tetapi konten (isi) dan prosesnya diganti ala Islami. Acara tersebut dimasuki dengan bacaan-bacaan Al Quran, shalawat dan kalimah-kalimah thayyibah yang kemudian disebut dengan Tahlil. Proses melaksanakan selamatan tersebut diarahkan pada hal ibadah kepada Allah, bukan perbuatan syirik atau menyekutukan Allah. Tahlil ini menggeser perbuatan syirik yang mendewakan syetan.
Ide Sunan Kalijogo ini sangat membudaya sampai masa sekarang. Sangatlah tepat apabila Tahlil dijadikan acara penting terkait dengan seorang Muslim yang meninggal dunia. Mengenai perhitungan hari (3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari) diharapkan umat Islam tidak menganggap sebagai kewajiban agama meskipun tidak ada larangan untuk melakukannya. Untuk penjamuan makan-minum sendiri dijadikan konsep sedekah yang pahalanya dihadiahkan untuk ahli kubur.
3.     Dalil Tahlil
Berikut ini adalah dalil-dalil yang menunjukkan status Tahlil dan Doa dibenarkan sesuai syariat Islam :

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ 


“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami…….."(Q.S.Al Hasyr:10)

Ayat di atas memberi pengertian bahwa doa atau istighfar yang ditujukan bagi ahli kubur akan sampai. Hal ini berarti bahwa amalan yang diberikan (dihadiahkan) oleh orang yang hidup kepada orang yang sudah meninggal dunia bisa sampai. Berikut ini adalah hadits yang memperkuat ayat di atas dalam hal permohonan ampunan.

Dari sahabat Abdullah bin Abbas: Ia berkata, saya telah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda : “Tiada seorang muslim yang meninggal dunia, kemudian 40 orang berdiri untuk menyalatkan atas jenazahnya, semua yang shalat itu orang (mukmin) yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, melainkan Allah menerima syafaat mereka terhadap mayit itu” (H.R. Muslim)

Berikut ini adalah hadits yang menerangkan hadiah pahala :

Dari Aisyah r.a. ia berkata bahwasanya seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya :
يَا رَسُوْل اللهِ ! اِنَّ اُمِّيْ اِقْتَتَلَتْ نَفْسَهَا، وَلَمْ تُوْصِ وَاَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، اَفَلَهَا اَجْرُ اِنْ تَصَدَّقَتْ عَنْهَا ؟ قَالَ: نَعَمْ (متفق عليه)
“Ya Rasulallah, Ibuku telah meninggal mendadak, sehingga ia tidak sempat untuk berwasiat dan saya kira andaikan ia mendapatkan kesempatan bicara pasti ia berwasiat untuk bersedekah. Apakah ia mendapat pahala apabila saya bersedekah untuknya ?”, Nabi SAW. Menjawab, “Tentu saja”. (H.R Bukhari Muslim)

Jika sedekah bisa dihadiahkan pahalanya kepada orang yang sudah meninggal dunia berarti pahala ibadah-ibadah lainnya bisa sampai, begitu juga bacaan-bacaan al Quran atau yasin dan juga bacaan Tahlil. Banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan hal serupa. Istilah populer yang terkait dengan doa untuk ahli kubur tersebut dikenal di masyarakat adalah “Hadiah Pahala” atau ”Kirim Doa”.

 4.     Bacaan Tahlil
§  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قُلْ هُوَ اللّٰهُ أَحَدٌ.اللّٰهُ الصَّمَدُ.لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ.وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.

)لَااِلٰهَ اِلاَّ اللهُ .وَاللهُ اَكْبَرُ. وَلِلّٰهِ الْحَمْدِ(

§  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ .قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ .مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ .وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ .وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ .وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.

)لَااِلٰهَ اِلاَّ اللهُ .وَاللهُ اَكْبَرُ. وَلِلّٰهِ الْحَمْدِ(

§  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ .قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ .مَلِكِ النَّاسِ.إِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ .الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ.      .

)لَااِلٰهَ اِلاَّ اللهُ .وَاللهُ اَكْبَرُ. وَلِلّٰهِ الْحَمْدِ(

§  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ .مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ .إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ .صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ.

§  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ .الم .ذٰلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ.وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. أُولَئِكَ عَلٰى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

§  اللّٰهُ لَا إِلٰهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ.

§  لِلّٰهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ .لا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلٰى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا (٣) أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. اٰمِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اِرْحَمْنَا (رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ  اَهْلَ الْبَيْتِ . اِنَّهُ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ. اِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبْيتِ ولِيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلىٰ اَسْعَادِ مَخْلُوْقَاتِكَ نُوْرِ الْهُدٰى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلىٰ اَسْعَادِ مَخْلُوْقَاتِكَ شَمْسِ الضُّحٰى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلىٰ اَسْعَادِ مَخْلُوْقَاتِكَ بَدْرِ الدُّجٰى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

§  وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالٰى عَنْ سَادَاتِناَ رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ. وَ حَسْبُنَ اللهُ وَ نِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلٰى وَ نِعْمَ النَّصِيْرُ. وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ باِللهِ الْعَلِيِّ الْعَظْيْمِ

§  اَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ (

§  افضل الذكر فعلم انه لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ (٣)

§  لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ (٣٣) مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ الله

§  لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ

§  لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ عَلَى النَّبِىِّ صَلَاةُ الله

§  لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ عَلَى النَّبِىِّ سَلاَمُ الله

§  لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ حَبِيْبُ الله

§  لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ الله

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

§  سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (٣)

§  سُبْحَانَ الله عَدَدَ مَاخَلَقَ اللهُ (٣)

§  يَا اَللهُ ياَرَحْمٰنُ يَا اَللهُ يَارَحِيْمُ (٣)

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى حَبِيْبِكَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَي اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى حَبِيْبِكَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَي اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ  

§  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى حَبِيْبِكَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَي اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ اَجْمَعِيْنَ


UNGGULAN

6 LANGKAH UNTUK MEMBENTUK NILAI-NILAI ISLAM YANG CINTA DAMAI DI NUSANTARA

Bukanlah suatu problematika apabila umat islam menerapkan beberapa madzhab fiqh di Indonesia. Bukanlah masalah jika umat Islam menghadapi K...